Brilio.net - Baru-baru ini, beredar kabar bahwa warung Madura di beberapa daerah di Indonesia dilarang untuk beroperasi selama 24 jam. Kabar ini sontak menjadi perbincangan hangat di masyarakat, dengan banyak yang mempertanyakan kebenaran dan alasan di baliknya.
Setelah dikonfirmasi, ternyata larangan tersebut merupakan informasi yang keliru. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menegaskan warung Madura boleh beroperasi selama 24 jam. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UMKM Arif Rahman Hakim hanya meminta agar warung tersebut menaati jam operasional sesuai aturan daerah. Dan setiap provinsi memiliki aturan yang berbeda-beda.
Beroperasinya warung Madura selama 24 jam ini menjadi viral ketika terjadi seruan penolakan di Bali. Apalagi hal ini disangkut pautkan dengan persaingan dengan industri ritel. Kabarnya banyak minimarket yang merasa kalah saing sehingga meminta pemerintah menertibkan jam operasional warung Madura.
foto: Instagram/@warung.madura.official
Namun, ternyata di Bali memang sudah ada imbauan untuk membatasi jam buka warung. Pemerintah setempat menilai dengan adanya warung yang beroperasi sampai malam berpotensi memunculkan gesekan sosial, bahkan rentan terjadi tindak kriminalitas.
Perkara ramainya soal warung Madura ini, ternyata masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui fakta-faktanya. Penasaran nggak sih dengan informasi terkait warung yang digagas oleh salah satu suku di Indonesia tersebut? Berikut brilio.net mencoba menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan warung Madura dan perlu kamu ketahui. Semuanya dihimpun dari berbagai sumber pada Senin (29/4).
1. Sejarah warung Madura.
Suku Madura terkenal dengan kecenderungannya untuk merantau dan membuka usaha di luar wilayahnya. Banyak jenis usaha dan pekerjaan yang dilakukan untuk menghidupi keluarga di kampung. Tujuan merantaunya pun beragam, termasuk ke Jakarta.
Salah satu usaha yang dilakukan orang Madura ketika merantau adalah membuka toko kelontong. Di situ ia menjual sembako dan juga kebutuhan sehari-hari lainnya. Warung tersebut muncul pertama kali sekitar tahun 1990-an hingga awal 2000-an.
2. Nama warung Madura.
Sebenarnya usaha dari orang Madura ini bisa saja disebut dengan toko kelontong. Namun, nama sukunya menjadi melekat karena memang awalnya digagas oleh perantau asal Sumenep. Warungnya menjadi besar dan sukses dan kabarnya menyebar di kampung halaman.
Tertarik mencoba peruntungan serupa, banyak orang madura yang juga membuka warung. Sehingga, penyebarannya menjadi masif khususnya di Jakarta. Orang-orang jadi menyebutnya sebagai warung Madura.
3. Buka 24 jam, buka setengah hari ketika kiamat.
foto: Instagram/@warung.madura.official
Bahkan ungkapan candaan ini sering beredar di keseharian termasuk bukan orang Madura. Memang, warung ini identik dengan jam operasionalnya yang tak pernah berhenti. Nggak heran kalau muncul candaan bahwa ketika kiamat pun mereka bertekad untuk buka setengah hari. Selain menunjukkan tekad pekerja keras, pemilik warung juga punya alasan sendiri.
Banyak kejadian tidak terduga saat malam hari. Bisa jadi seseorang membutuhkan sesuatu yang harus dibeli malam itu juga. Karena alasan itu, Warung madura memanfaatkan peluang ini.
4. Lengkap bak minimarket.
Wajar ketika perusahaan ritel takut kalah saing. Sebab, barang-barang yang dijual di warung Madura sangat lengkap layaknya toko kelontong dan minimarket pada umumnya. Apalagi, warung madura juga menyediakan bahan bakar yang membuat pengendara punya opsi ketika kehabisan bensin tetapi SPBU masih jauh.
5. Kebanyakan penjaga warung adalah suami istri.
Di hampir setiap tempat, penjaga warung kebanyakan adalah pasangan suami istri, yang membuat mereka berbeda dengan pegawai toko kelontong lainnya. Mereka membagi waktu kerja mereka dengan cara yang terorganisir. Umumnya, istri akan bertugas di pagi hingga sore hari, sementara suaminya akan mengambil giliran dari sore hingga dini hari.
6. Harganya lebih terjangkau
Harga barang-barang kebutuhan sehari-hari di Warung Madura telah terkenal dengan keunggulannya dalam hal harga yang lebih terjangkau. Apalagi jika dibandingkan dengan barang serupa yang dijual di minimarket atau toko ritel modern.
foto: Instagram/@warung.madura.official
7. Bersolidaritas sesama pemilik warung
Tidak hanya membuat usaha sendiri sukses, pemilik warung juga bersolidaritas sebagai sesama pengusaha. Mereka punya paguyuban sendiri di setiap kota. Tujuannya tentu untuk saling mendukung dan juga menyelesaikan persoalan antar sesama pedagang kelontong dari Madura di perantauan.
Recommended By Editor
- Rumahnya unik penuh barang antik, 9 potret dapur Bimbim Slank modern-minimalis dengan meja island
- Turun tangga langsung tampak dapur, 9 potret tempat memasak Mawar de Jongh tanpa meja island mewah
- Kisah petani sukses menyekolahkan 10 anak hingga punya profesi mentereng ini bikin salut
- Penampakan kocak undangan pernikahan low bujet ini bikin lihat dua kali, simpel murah dan berguna
- Terasnya tanpa pagar, ini 11 potret rumah menteri dua tingkat di IKN mewah didominasi marmer